Pages

Selasa, 15 Mei 2012

PENGARUH KADAR ALKALI BEBAS PADA SABUN MANDI


PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Mandi adalah salah satu kebiasaan hidup manusia sehari-hari, yang berguna untuk membersihkan seluruh tubuh dari keringat dan kotoran yang melekat lainnya. Salah satu cara untuk membersihkan tubuh pada waktu mandi tersebut adalah dengan menggunakan sabun mandi. Sabun mandi saat ini sudah sangat populer di masyarakat dan hampir seluruh lapisan masyarakat
memakainya.
Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan sabun mandi tersebut, jumlah produk dan jenis sabun mandi yang beredar di pasaran pun selalu meningkat. Berbagai industri sabun mandi berlomba-lomba mempromosikan keunggulan produknya masing-masing sehingga kadang-kadang terlihat begitu berlebihan dan dapat menyesatkan konsumennya. Di lain pihak karena begitu ketatnya persaingan bisnis penjualan sabun mandi, para produsen berusaha menekan harga jual serendah mungkin dengan cara mengurangi biaya produksi sehingga mengakibatkan kualitasnya terabaikan.
Seperti diketahui bahwa proses dasar pembuatan sabun tersebut adalah dengan cara menyabunkan suatu ester dengan alkali. Suatu sabun mandi yang baik kualitasnya kadar alkali bebas jumlah yang masih tersisa tidak boleh melebihi 0,22% yang dihitung sebagai Na2O. Batasan ini secara resmi ditetapkan oleh World Health Organization Collaborating Centre for Quality Assurance of Essential Drugs (1990). Kelebihan kadar alkali jumlah dari batasan resmi tersebut dapat menimbulkan kerugian konsumen, berupa kerusakan kulit dan iritasi kulit lainnya. Oleh sebab itu semua produk sabun yang beredar di pasaran dan digunakan oleh masyarakat luas hendaknya terjamin kualitasnya, sehingga masyarakat tidak dirugikan.

RUMUSAN MASALAH
1.     Bagaimana menganalisa kadar alkali bebas yang tinggi pada sabun mandi ?
2.    Bagaimana penentuan kadar alkali bebas pada sabun mandi ?

METODE PENELITIAN

DASAR TEORI
a.    Asidimetri dan Asidimetri tidak langsung
Penetapan kadar Alkali Bebas dalam sabun menggunakan metode Asidimetri. Asidimetri merupakan suatu analisa atau penetapan secara volumetrik kadar atau jumlah total suatu asam dalam suatu larutan. Analisis ini digunakan untuk titrasi asam basa, dimana larutan standar ( suatu asam diteteskan melalui buret, kemudian larutan basa bebas dan larutan garam terhidrolisa dari asam lemah (dengan memakai indikator).
Penetapan kadar Alkali Total dalam sabun menggunakan metode asidimetri tidak langsung. Asidimetri tidak langsung merupakan suatu penetapan kadar suatu zat yang bersifat basa dengan penambahan larutan standar asam berlebih, kelebihan asam kemudian dititrasi dengan larutan standar yang bersifat basa.
Asidimetri adalah analisis yang berdasarkan reaksi penetralan. Titrasi asam basa tersebut memberikan titik akhir titrasi yang kuat karena adanya penambahan indikator. Indikator adalah suatu zat yang dapat membantu untuk mengetahui titik akhir titrasi dengan mengalami perubahan, sehingga titik ekuivalen dapat diketahui.

b.    Prosedur Kerja
Penetapan kadar lebih kurang 2 g yang ditimbang saksama, larutkan dalam 50 ml air. Titrasi dengan asam sulfat 1 N menggunakan indikator jingga metil P

I ml asam sulfat 1N setara dengan dengan 52,99 mg Na2Co3
( Farmakope Indonesia Edisi III. 1979)

Penetapan kadar lebih kurang 3 g yang ditimbang saksama, larutkan dalam 50 ml air bebas karbondioksida p. Titrasi dengan natrium hidroksida 1 N menggunakan indikator larutan fenolptalein P

1 ml natrium hidroksida 1n setara dengan 03.04 mg C2H2O4.2H2O
( Farmakope Indonesia Edisi III. 1979 )

TEKNIK ANALISA
    1.     Alkali Bebas
Alkali Bebas adalah jumlah basa yang tidak terikat oleh asam lemak atau terikat dalam bentuk garam yang dihitung sebagai %  Na2O. Caranya adalah dengan melarutkan sejumlah sabun yang telah disisir kemudian ditambah alkohol netral dipanaskan hingga larut, setelah dingin ditambah indikator phenolptalein 1 % kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan H2SO4 standar dari warna merah menjadi merah hilang.

    2.    Alkali Total
          Alkali Total adalah jumlah basa yang terikat maupun tidak terikat oleh asam lemak yang dihitung sebagai % Na2O. Caranya adalah dengan melarutkan sejumlah sabun yang telah disisir kemudian ditambah aquadest dipanaskan hingga larut kemudian ditambah H2SO4 standar. Dalam keadaan panas ditambah lilin yang telah disisir aduk samapai larut kemudian didinginkan. Setelah dingin diambil lilin beku dan filtrat ditambah dengan indikator phenolptalein 1 % kemudian dititrasi dengan NaOH samapai terjadi warna merah muda.
          Seperti diketahui bahwa proses dasar pembuatan sabun  tersebut adalah dengan cara menyabunkan suatu ester dengan alkali. Suatu sabun mandi yang baik kualitasnya kadar alkali bebas jumlah yang masih tersisa tidak boleh melebihi 0,22% yang dihitung sebagai Na2O. Batasan ini secara resmi ditetapkan oleh World Health Organization Collaborating Centre for Quality Assurance of Essential Drugs (1990).

A.   Reaksi Kimia

Na2O + H2SO4           Na2SO4 + H2O + O2

B.    Perhitungan Kadar
Rumus Perhitungan :
Kadar Alkali Bebas = ml x N H2SO4 x 31 x 100 %
                               mg bahan

Rumus Perhitungan :
Kadar Alkali Total = ml {(VxN) H2SO4 – (VxN) NaOH} x 31 x 100 %
mg bahan

  
KESIMPULAN


Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam menganalisa kadar sabun mandi :

Data yang diperoleh dari sampel sabun mandi pada penetapan dibandingkan dengan persyaratan resmi yang ditetapkan oleh WHO untuk produk sabun mandi, yaitu sabun mandi tidak boleh mengandung alkali bebas jumlah lebih besar dari 0,22% dihitung sebagai Na2O.

Manfaat Percobaan :
 ü  Masyarakat mengetahui bahaya akan sabun yang memiliki jumlah alkali bebas yang melebihi dari 0,22% yang dihitung.
 ü  Masyarakat akan lebih berhati-hati dalam menggunakan sabun mandi, karena apabila kadar alkali bebas melebihi standar, maka akan menyebabkan iritasi pada kulit.
 ü  Masyarakat mengetahui batas standar dari sabun.




DAFTAR PUSTAKA

WHO Collaborating Centre for Quality Assurance of The Essential Drugs, 1990, Penetapan Kadar Alkali Bebas Jumlah pada Sabun Mandi. Dalam: Metode Analisis Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan Depkes RI, Jakarta, 143–148

Horwitz W. Official Methods of Analysis of Association of Official Analytical Chemistry, 13th ed., Washington DC. 1980, 222–224

Anonim,1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Diunduh pada Sabtu, 14 April 2012 pada pukul 19.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar